Lini pertahanan yang solid adalah salah satu kunci keberhasilan tim
nasional sepak bola Indonesia U-19. Selama babak Kualifikasi Piala AFC
U-19 2014, mereka hanya kebobolan dua gol dari tiga laga, dua gol
tersebut diderita saat melawan Korea Selatan pada laga terakhir babak
kualifikasi. Sementara dalam gelaran Piala AFF U-19, Indonesia kebobolan
lima kali dari total tujuh laga yang dimainkan. Secara total, mereka
hanya menderita kebobolan sebanyak tujuh gol dari 10 laga resmi terakhir
yang dimainkan. Dari total 10 laga tersebut, lima di antaranya bahkan
diukir dengan cleansheet alias tidak kebobolan.
Meski sekadar angka, namun hal ini cukup menunjukkan solidnya pertahanan Indonesia yang digalang oleh empat bek sejajar. Kuartet yang dihuni I Putu Gede Juni Antara, Muhammad Fatchu Rahman, Muhammad Sahrul Kurniawan dan Hansamu Yama Pranata bersama kiper Ravi Murdianto tidak pelak menjadi aktor utama dalam lini pertahanan kolektif yang diusung pelatih Indra Sjafri. Pembagian tugas juga berjalan rapi. Misalnya saat Fatchu Rahman yang lebih agresif menyerang dari sisi kiri, Putu Gede tetap statis pada posisinya untuk melapis duet bek tengah.
Namun sebenarnya pertahanan tim nasional U-19 tidak sekadar mengandalkan kuartet bek, melainkan nyaris seluruh pemain. Dua penyerang sayap Ilham Udin dan Maldini Pali kerap ditugaskan untuk tracking back atau turun membantu pertahanan melapis para bek sayap. Hargianto dan Zulfiandi juga menjadi tembok kokoh pertama yang membendung serangan lawan dari lini tengah, begitupun Evan Dimas yang sering turun menjemput bola dan bertarung dengan gelandang lawan.
Lebih jauh lagi, penyerang Muchlis Hadi juga kerap berfungsi sebagai defensive forward yang ditugasi mengganggu lawan dan melakukan pelanggaran jika perlu untuk memperlambat serangan lawan dan memberi waktu pada lini pertahanan untuk menjaga bentuk. Dengan kolektivitas inilah pertahanan tim nasional Indonesia berfungsi.
Duet bek tengah yang kokoh bagaikan batu karang tetaplah dibutuhkan, meski kolektivitas tetap berjalan. Tim nasional Indonesia U-19 memiliki duet kokoh pada diri Muhammad Sahrul Kurniawan dan Hansamu Yama Pranata. Kekokohan dan kekompakan mereka menjadikan lini belakang sulit ditembus.
Muhammad Sahrul Kurniawan menjadi sosok low profile yang relatif jauh dari sorotan. Ia bermain tenang, bersih dan konsisten. Ketenangannya inilah yang sempat menjadikan lini pertahanan limbung, misalnya saat ia absen karena cedera. Stok bek tengah yang tipis di tim nasional bahkan kerap memaksa Indra Sjafri menggeser Putu Gede ke sentral pertahanan ketika salah satu dari Sahrul Kurniawan dan Hansamu absen.
Kisah perjalanan Sahrul juga unik, menginspirasi namun sekaligus memperlihatkan kealpaan federasi dalam pembinaan. Pelatih Indra Sjafri menemukan pemain asal Ngawi ini dari informasi yang didapat dari seorang tukang ojek. Dari informasi inilah Indra Sjafri meminta pelatih Persinga Ngawi untuk menurunkannya dan memang Sahrul tampil bagus sehingga meyakinkan Indra Sjafri untuk menyeleksinya. Cerita semacam ini tentu saja menarik, namun semestinya seorang pelatih tidak perlu sampai terjun langsung mencari pemain hingga ke seluruh pelosok wilayah tanah air jika saja federasi memiliki pembinaan pemain muda yang sistematis dan kompetisi berjenjang yang berkelanjutan.
Sementara itu Hansamu adalah sosok bek tengah dengan postur atletis bertinggi 180 cm, termasuk kokoh untuk ukuran pemain Indonesia. Kemampuan duel udara pemain asal Mojokerto yang juga tergabung dalam tim nasional SAD yang berkompetisi di Uruguay ini juga kerap diandalkan dalam situasi bola mati seperti tendangan penjuru. Bersama Sahrul, Hansamu juga berperan dalam skema serangan tim nasional, meski tugas utama mereka adalah menghalau serangan lawan dan melindungi gawang.
Mereka dapat dikatakan memberi impresi bagus dan menjanjikan sebagai tembok pertahanan masa depan Indonesia. Tidak hanya kokoh dalam bertahan, mereka juga memiliki syarat yang umumnya dimiliki oleh bek tengah modern, yaitu kemampuan dan ketenangan dalam mengolah bola. Kemampuan ini sangat penting dalam strategi menyerang dengan umpan-umpan pendek dari bawah yang diinginkan Indra Sjafri. Strategi tersebut tidak akan berjalan jika para pemain belakang tidak tenang dan terburu-buru melepas bola langsung ke depan, hal yang jamak terlihat dalam tim nasional senior. Para pemain tim nasional senior sendiri tidak dapat disalahkan mengingat pola permainan semacam itu telah terbentuk melalui kompetisi.
Namun demikian, duet yang masih berusia 18 tahun ini bukannya tanpa cela. Penempatan posisi dan konsentrasi masih harus ditingkatkan, sementara kesalahan individual juga harus diminimalkan. Positioning dan kemampuan membaca permainan perlu ditingkatkan untuk menghalau umpan-umpan terobosan maupun umpan silang yang dilancarkan lawan.
Dari tujuh kali kebobolan yang diderita, dua diantaranya berasal dari situasi bola mati yang dimanfaatkan lawan dengan sundulan, yaitu saat melawan Vietnam pada penyisihan Piala AFF U-19 dan melawan Korea Selatan dalam Kualifikasi Piala AFC 2014. Sebuah gol dari umpan silang juga diderita kala menghadapi Thailand pada penyisihan Piala AFF U-19, sementara sisanya mereka kebobolan lewat skema open play dan serangan balik cepat lawan.
Mereka juga perlu mengurangi pelanggaran-pelanggaran yang tidak perlu, misalnya yang terjadi pada gol penalti Korea Selatan. Pengendalian emosi juga diperlukan agar terehindar dari hukuman kartu yang malah merugikan tim. Terakhir, kedalaman posisi bek sentral masih menjadi pekerjaan rumah agar tercipta kompetisi positif di antara mereka, sekaligus menghindari sindrom kebintangan yang dapat timbul akibat pemain merasa tak tergantikan. Hal ini tentunya sudah disadari betul oleh Indra Sjafri, apalagi tahun depan mereka akan menghadapi lawan-lawan yang lebih tangguh pada ajang Piala AFC 2014 di Myanmar.
Selagi usia masih muda dan perjalanan karir masih panjang, ruang untuk perbaikan tentu saja sangat terbuka bagi mereka, tergantung bagaimana memanfaatkannya saja.
Meski sekadar angka, namun hal ini cukup menunjukkan solidnya pertahanan Indonesia yang digalang oleh empat bek sejajar. Kuartet yang dihuni I Putu Gede Juni Antara, Muhammad Fatchu Rahman, Muhammad Sahrul Kurniawan dan Hansamu Yama Pranata bersama kiper Ravi Murdianto tidak pelak menjadi aktor utama dalam lini pertahanan kolektif yang diusung pelatih Indra Sjafri. Pembagian tugas juga berjalan rapi. Misalnya saat Fatchu Rahman yang lebih agresif menyerang dari sisi kiri, Putu Gede tetap statis pada posisinya untuk melapis duet bek tengah.
Namun sebenarnya pertahanan tim nasional U-19 tidak sekadar mengandalkan kuartet bek, melainkan nyaris seluruh pemain. Dua penyerang sayap Ilham Udin dan Maldini Pali kerap ditugaskan untuk tracking back atau turun membantu pertahanan melapis para bek sayap. Hargianto dan Zulfiandi juga menjadi tembok kokoh pertama yang membendung serangan lawan dari lini tengah, begitupun Evan Dimas yang sering turun menjemput bola dan bertarung dengan gelandang lawan.
Lebih jauh lagi, penyerang Muchlis Hadi juga kerap berfungsi sebagai defensive forward yang ditugasi mengganggu lawan dan melakukan pelanggaran jika perlu untuk memperlambat serangan lawan dan memberi waktu pada lini pertahanan untuk menjaga bentuk. Dengan kolektivitas inilah pertahanan tim nasional Indonesia berfungsi.
Duet bek tengah yang kokoh bagaikan batu karang tetaplah dibutuhkan, meski kolektivitas tetap berjalan. Tim nasional Indonesia U-19 memiliki duet kokoh pada diri Muhammad Sahrul Kurniawan dan Hansamu Yama Pranata. Kekokohan dan kekompakan mereka menjadikan lini belakang sulit ditembus.
Muhammad Sahrul Kurniawan menjadi sosok low profile yang relatif jauh dari sorotan. Ia bermain tenang, bersih dan konsisten. Ketenangannya inilah yang sempat menjadikan lini pertahanan limbung, misalnya saat ia absen karena cedera. Stok bek tengah yang tipis di tim nasional bahkan kerap memaksa Indra Sjafri menggeser Putu Gede ke sentral pertahanan ketika salah satu dari Sahrul Kurniawan dan Hansamu absen.
Kisah perjalanan Sahrul juga unik, menginspirasi namun sekaligus memperlihatkan kealpaan federasi dalam pembinaan. Pelatih Indra Sjafri menemukan pemain asal Ngawi ini dari informasi yang didapat dari seorang tukang ojek. Dari informasi inilah Indra Sjafri meminta pelatih Persinga Ngawi untuk menurunkannya dan memang Sahrul tampil bagus sehingga meyakinkan Indra Sjafri untuk menyeleksinya. Cerita semacam ini tentu saja menarik, namun semestinya seorang pelatih tidak perlu sampai terjun langsung mencari pemain hingga ke seluruh pelosok wilayah tanah air jika saja federasi memiliki pembinaan pemain muda yang sistematis dan kompetisi berjenjang yang berkelanjutan.
Sementara itu Hansamu adalah sosok bek tengah dengan postur atletis bertinggi 180 cm, termasuk kokoh untuk ukuran pemain Indonesia. Kemampuan duel udara pemain asal Mojokerto yang juga tergabung dalam tim nasional SAD yang berkompetisi di Uruguay ini juga kerap diandalkan dalam situasi bola mati seperti tendangan penjuru. Bersama Sahrul, Hansamu juga berperan dalam skema serangan tim nasional, meski tugas utama mereka adalah menghalau serangan lawan dan melindungi gawang.
Mereka dapat dikatakan memberi impresi bagus dan menjanjikan sebagai tembok pertahanan masa depan Indonesia. Tidak hanya kokoh dalam bertahan, mereka juga memiliki syarat yang umumnya dimiliki oleh bek tengah modern, yaitu kemampuan dan ketenangan dalam mengolah bola. Kemampuan ini sangat penting dalam strategi menyerang dengan umpan-umpan pendek dari bawah yang diinginkan Indra Sjafri. Strategi tersebut tidak akan berjalan jika para pemain belakang tidak tenang dan terburu-buru melepas bola langsung ke depan, hal yang jamak terlihat dalam tim nasional senior. Para pemain tim nasional senior sendiri tidak dapat disalahkan mengingat pola permainan semacam itu telah terbentuk melalui kompetisi.
Namun demikian, duet yang masih berusia 18 tahun ini bukannya tanpa cela. Penempatan posisi dan konsentrasi masih harus ditingkatkan, sementara kesalahan individual juga harus diminimalkan. Positioning dan kemampuan membaca permainan perlu ditingkatkan untuk menghalau umpan-umpan terobosan maupun umpan silang yang dilancarkan lawan.
Dari tujuh kali kebobolan yang diderita, dua diantaranya berasal dari situasi bola mati yang dimanfaatkan lawan dengan sundulan, yaitu saat melawan Vietnam pada penyisihan Piala AFF U-19 dan melawan Korea Selatan dalam Kualifikasi Piala AFC 2014. Sebuah gol dari umpan silang juga diderita kala menghadapi Thailand pada penyisihan Piala AFF U-19, sementara sisanya mereka kebobolan lewat skema open play dan serangan balik cepat lawan.
Mereka juga perlu mengurangi pelanggaran-pelanggaran yang tidak perlu, misalnya yang terjadi pada gol penalti Korea Selatan. Pengendalian emosi juga diperlukan agar terehindar dari hukuman kartu yang malah merugikan tim. Terakhir, kedalaman posisi bek sentral masih menjadi pekerjaan rumah agar tercipta kompetisi positif di antara mereka, sekaligus menghindari sindrom kebintangan yang dapat timbul akibat pemain merasa tak tergantikan. Hal ini tentunya sudah disadari betul oleh Indra Sjafri, apalagi tahun depan mereka akan menghadapi lawan-lawan yang lebih tangguh pada ajang Piala AFC 2014 di Myanmar.
Selagi usia masih muda dan perjalanan karir masih panjang, ruang untuk perbaikan tentu saja sangat terbuka bagi mereka, tergantung bagaimana memanfaatkannya saja.
Evan Dimas
0
Nama Lengkap : Evan Dimas Darmono
Alias: Evan Dimas
Tanggal Lahir: 13 Maret 1995
Tempat Lahir: Surabaya
Zodiac : Aries
Kebangsaan: Indonesia
Posisi Gelandang
Ayah: Condro Darmono
Ibu: Ana
Biografi
Evan lahir di Surabaya 13 Maret 1995, merupakan anak dari pasangan
Condro Darmono dan Ana. Ayahnya bekerja sebagai tenaga security di salah
satu komplek perumahan elit di kawasan Surabaya Barat. Evan
menyelesaikan proses belajarnya di SMA Shafta Lontar Citra Surabaya. Ia
pertama kali tekun bermain sepakbola sejak kelas 4 Sekolah Dasar (SD).
Ia sempat menimba ilmu di SSB Sasana Bhakti (Sakti) bersama saudara
sepupunya, Feri Ariawan. Bakatnya semakin terasah, ketika bergabung
dengan SSB Mitra Surabaya pada 2007, saat itu Evan masih berusia 12
tahun.
Di lapangan hijau, ia berperan sebagai gelandang. Meski postur tubuhnya
mungil, daya jelajahnya sangat tinggi. Evan juga dikenal sebagai
gelandang yang memiliki tenaga ekstra. Mitra Surabaya, salah satu klub
yang berada dalam naungan kompetisi internal PSSI Surabaya, menjadi tim
pertama yang dibela oleh Evan. Penampilan gemilangnya bersama Mitra,
membuat namanya termasuk dalam skuad Surabaya untuk Pekan Olahraga
Provinsi (Porprov) III Jatim 2011. Selain itu, ia juga tercatat sebagai
pemain tim Divisi II, Surabaya Muda. Evan menyandang ban kapten Tim
Nasional (Timnas) U-17 Indonesia, sekaligus sukses mengantar Garuda Muda
menjuarai HKFA International Youth Invitation Tournamen di Hongkong,
awal 2012.
Pada 2012 Evan terpilih sebagai wakil Indonesia dalam ajang pencarian
bakat bertajuk ‘The Chance’, yang disponsori oleh salah satu apparel
terkenal. Ia kemudian terbang ke Barcelona, menyisihkan ratusan ribu
pemain muda lainnya di Indonesia. Di Barcelona, Evan mendapat pelatihan
dan arahan langsung dari eks pelatih Barcelona, Pep Guardiola.
Tahun 2013 Evan Dimas dipercaya sebagai kapten Timnas Indonesia U-19 di
Piala AFF U-19 dan mengantarkan garuda muda menjadi juara. Tak lama
setelah berhasil menjuarai piala AFF U-19, Evan Dimas dan garuda muda
lainnya kembali berlaga di piala AFC U-19. Laga perdana mereka melawan
Laos pada 8 Oktober 2013 berakhir manis, Timnas U-19 menang telak atas
laos 4-0, Evan Dimas menyumbang satu goal dalam laga itu.
Dalam laga kualifikasi piala Asia U-19 berikutnya melawan Korea Selatan,
Evan dimas membuat Hattrick, mencetak 3 goal, Timnas U-19 mengalahkan
juara bertahan Piala Asia 11 kali, Korea Selatan dengan skor 3-2,
membuat Timnas U-19 menjadi Juara Group G Kualifikasi AFC U-19 dan
mengantarkan Timnas U-19 ke Piala Asia U-19 2014 Oktober mendatang di
Myanmar.
Read more at http://uniqpost.com/profil/evan-dimas/
Read more at http://uniqpost.com/profil/evan-dimas/
Nama Lengkap : Evan Dimas Darmono
Alias: Evan Dimas
Tanggal Lahir: 13 Maret 1995
Tempat Lahir: Surabaya
Zodiac : Aries
Kebangsaan: Indonesia
Posisi Gelandang
Ayah: Condro Darmono
Ibu: Ana
Biografi
Evan lahir di Surabaya 13 Maret 1995, merupakan anak dari pasangan
Condro Darmono dan Ana. Ayahnya bekerja sebagai tenaga security di salah
satu komplek perumahan elit di kawasan Surabaya Barat. Evan
menyelesaikan proses belajarnya di SMA Shafta Lontar Citra Surabaya. Ia
pertama kali tekun bermain sepakbola sejak kelas 4 Sekolah Dasar (SD).
Ia sempat menimba ilmu di SSB Sasana Bhakti (Sakti) bersama saudara
sepupunya, Feri Ariawan. Bakatnya semakin terasah, ketika bergabung
dengan SSB Mitra Surabaya pada 2007, saat itu Evan masih berusia 12
tahun.
Di lapangan hijau, ia berperan sebagai gelandang. Meski postur tubuhnya
mungil, daya jelajahnya sangat tinggi. Evan juga dikenal sebagai
gelandang yang memiliki tenaga ekstra. Mitra Surabaya, salah satu klub
yang berada dalam naungan kompetisi internal PSSI Surabaya, menjadi tim
pertama yang dibela oleh Evan. Penampilan gemilangnya bersama Mitra,
membuat namanya termasuk dalam skuad Surabaya untuk Pekan Olahraga
Provinsi (Porprov) III Jatim 2011. Selain itu, ia juga tercatat sebagai
pemain tim Divisi II, Surabaya Muda. Evan menyandang ban kapten Tim
Nasional (Timnas) U-17 Indonesia, sekaligus sukses mengantar Garuda Muda
menjuarai HKFA International Youth Invitation Tournamen di Hongkong,
awal 2012.
Pada 2012 Evan terpilih sebagai wakil Indonesia dalam ajang pencarian
bakat bertajuk ‘The Chance’, yang disponsori oleh salah satu apparel
terkenal. Ia kemudian terbang ke Barcelona, menyisihkan ratusan ribu
pemain muda lainnya di Indonesia. Di Barcelona, Evan mendapat pelatihan
dan arahan langsung dari eks pelatih Barcelona, Pep Guardiola.
Tahun 2013 Evan Dimas dipercaya sebagai kapten Timnas Indonesia U-19 di
Piala AFF U-19 dan mengantarkan garuda muda menjadi juara. Tak lama
setelah berhasil menjuarai piala AFF U-19, Evan Dimas dan garuda muda
lainnya kembali berlaga di piala AFC U-19. Laga perdana mereka melawan
Laos pada 8 Oktober 2013 berakhir manis, Timnas U-19 menang telak atas
laos 4-0, Evan Dimas menyumbang satu goal dalam laga itu.
Dalam laga kualifikasi piala Asia U-19 berikutnya melawan Korea Selatan,
Evan dimas membuat Hattrick, mencetak 3 goal, Timnas U-19 mengalahkan
juara bertahan Piala Asia 11 kali, Korea Selatan dengan skor 3-2,
membuat Timnas U-19 menjadi Juara Group G Kualifikasi AFC U-19 dan
mengantarkan Timnas U-19 ke Piala Asia U-19 2014 Oktober mendatang di
Myanmar.
Foto Evan Dimas
Evan Dimas
Evan Dimas
Evan Dimas
Evan Dimas
Berita
-
Media Sosial
Twitter: @vhandimaz
Profil Terkait
maldini-pali-1 Maldini Pali
putu-gede-juni-antara-1 Putu Gede Juni Antara
indra-sjafri-2 Indra Sjafri
Diskusi
Wed, 27 Nov 2013
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Read more at http://uniqpost.com/profil/evan-dimas/
Read more at http://uniqpost.com/profil/evan-dimas/
Nama Lengkap : Evan Dimas Darmono
Alias: Evan Dimas
Tanggal Lahir: 13 Maret 1995
Tempat Lahir: Surabaya
Zodiac : Aries
Kebangsaan: Indonesia
Posisi Gelandang
Ayah: Condro Darmono
Ibu: Ana
Biografi
Evan lahir di Surabaya 13 Maret 1995, merupakan anak dari pasangan
Condro Darmono dan Ana. Ayahnya bekerja sebagai tenaga security di salah
satu komplek perumahan elit di kawasan Surabaya Barat. Evan
menyelesaikan proses belajarnya di SMA Shafta Lontar Citra Surabaya. Ia
pertama kali tekun bermain sepakbola sejak kelas 4 Sekolah Dasar (SD).
Ia sempat menimba ilmu di SSB Sasana Bhakti (Sakti) bersama saudara
sepupunya, Feri Ariawan. Bakatnya semakin terasah, ketika bergabung
dengan SSB Mitra Surabaya pada 2007, saat itu Evan masih berusia 12
tahun.
Di lapangan hijau, ia berperan sebagai gelandang. Meski postur tubuhnya
mungil, daya jelajahnya sangat tinggi. Evan juga dikenal sebagai
gelandang yang memiliki tenaga ekstra. Mitra Surabaya, salah satu klub
yang berada dalam naungan kompetisi internal PSSI Surabaya, menjadi tim
pertama yang dibela oleh Evan. Penampilan gemilangnya bersama Mitra,
membuat namanya termasuk dalam skuad Surabaya untuk Pekan Olahraga
Provinsi (Porprov) III Jatim 2011. Selain itu, ia juga tercatat sebagai
pemain tim Divisi II, Surabaya Muda. Evan menyandang ban kapten Tim
Nasional (Timnas) U-17 Indonesia, sekaligus sukses mengantar Garuda Muda
menjuarai HKFA International Youth Invitation Tournamen di Hongkong,
awal 2012.
Pada 2012 Evan terpilih sebagai wakil Indonesia dalam ajang pencarian
bakat bertajuk ‘The Chance’, yang disponsori oleh salah satu apparel
terkenal. Ia kemudian terbang ke Barcelona, menyisihkan ratusan ribu
pemain muda lainnya di Indonesia. Di Barcelona, Evan mendapat pelatihan
dan arahan langsung dari eks pelatih Barcelona, Pep Guardiola.
Tahun 2013 Evan Dimas dipercaya sebagai kapten Timnas Indonesia U-19 di
Piala AFF U-19 dan mengantarkan garuda muda menjadi juara. Tak lama
setelah berhasil menjuarai piala AFF U-19, Evan Dimas dan garuda muda
lainnya kembali berlaga di piala AFC U-19. Laga perdana mereka melawan
Laos pada 8 Oktober 2013 berakhir manis, Timnas U-19 menang telak atas
laos 4-0, Evan Dimas menyumbang satu goal dalam laga itu.
Dalam laga kualifikasi piala Asia U-19 berikutnya melawan Korea Selatan,
Evan dimas membuat Hattrick, mencetak 3 goal, Timnas U-19 mengalahkan
juara bertahan Piala Asia 11 kali, Korea Selatan dengan skor 3-2,
membuat Timnas U-19 menjadi Juara Group G Kualifikasi AFC U-19 dan
mengantarkan Timnas U-19 ke Piala Asia U-19 2014 Oktober mendatang di
Myanmar.
Foto Evan Dimas
Evan Dimas
Evan Dimas
Evan Dimas
Evan Dimas
Berita
-
Media Sosial
Twitter: @vhandimaz
Profil Terkait
maldini-pali-1 Maldini Pali
putu-gede-juni-antara-1 Putu Gede Juni Antara
indra-sjafri-2 Indra Sjafri
Diskusi
Wed, 27 Nov 2013
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Read more at http://uniqpost.com/profil/evan-dimas/
Read more at http://uniqpost.com/profil/evan-dimas/
Nama Lengkap : Evan Dimas Darmono
Alias: Evan Dimas
Tanggal Lahir: 13 Maret 1995
Tempat Lahir: Surabaya
Zodiac : Aries
Kebangsaan: Indonesia
Posisi Gelandang
Ayah: Condro Darmono
Ibu: Ana
Biografi
Evan lahir di Surabaya 13 Maret 1995, merupakan anak dari pasangan
Condro Darmono dan Ana. Ayahnya bekerja sebagai tenaga security di salah
satu komplek perumahan elit di kawasan Surabaya Barat. Evan
menyelesaikan proses belajarnya di SMA Shafta Lontar Citra Surabaya. Ia
pertama kali tekun bermain sepakbola sejak kelas 4 Sekolah Dasar (SD).
Ia sempat menimba ilmu di SSB Sasana Bhakti (Sakti) bersama saudara
sepupunya, Feri Ariawan. Bakatnya semakin terasah, ketika bergabung
dengan SSB Mitra Surabaya pada 2007, saat itu Evan masih berusia 12
tahun.
Di lapangan hijau, ia berperan sebagai gelandang. Meski postur tubuhnya
mungil, daya jelajahnya sangat tinggi. Evan juga dikenal sebagai
gelandang yang memiliki tenaga ekstra. Mitra Surabaya, salah satu klub
yang berada dalam naungan kompetisi internal PSSI Surabaya, menjadi tim
pertama yang dibela oleh Evan. Penampilan gemilangnya bersama Mitra,
membuat namanya termasuk dalam skuad Surabaya untuk Pekan Olahraga
Provinsi (Porprov) III Jatim 2011. Selain itu, ia juga tercatat sebagai
pemain tim Divisi II, Surabaya Muda. Evan menyandang ban kapten Tim
Nasional (Timnas) U-17 Indonesia, sekaligus sukses mengantar Garuda Muda
menjuarai HKFA International Youth Invitation Tournamen di Hongkong,
awal 2012.
Pada 2012 Evan terpilih sebagai wakil Indonesia dalam ajang pencarian
bakat bertajuk ‘The Chance’, yang disponsori oleh salah satu apparel
terkenal. Ia kemudian terbang ke Barcelona, menyisihkan ratusan ribu
pemain muda lainnya di Indonesia. Di Barcelona, Evan mendapat pelatihan
dan arahan langsung dari eks pelatih Barcelona, Pep Guardiola.
Tahun 2013 Evan Dimas dipercaya sebagai kapten Timnas Indonesia U-19 di
Piala AFF U-19 dan mengantarkan garuda muda menjadi juara. Tak lama
setelah berhasil menjuarai piala AFF U-19, Evan Dimas dan garuda muda
lainnya kembali berlaga di piala AFC U-19. Laga perdana mereka melawan
Laos pada 8 Oktober 2013 berakhir manis, Timnas U-19 menang telak atas
laos 4-0, Evan Dimas menyumbang satu goal dalam laga itu.
Dalam laga kualifikasi piala Asia U-19 berikutnya melawan Korea Selatan,
Evan dimas membuat Hattrick, mencetak 3 goal, Timnas U-19 mengalahkan
juara bertahan Piala Asia 11 kali, Korea Selatan dengan skor 3-2,
membuat Timnas U-19 menjadi Juara Group G Kualifikasi AFC U-19 dan
mengantarkan Timnas U-19 ke Piala Asia U-19 2014 Oktober mendatang di
Myanmar.
Foto Evan Dimas
Evan Dimas
Evan Dimas
Evan Dimas
Evan Dimas
Berita
-
Media Sosial
Twitter: @vhandimaz
Profil Terkait
maldini-pali-1 Maldini Pali
putu-gede-juni-antara-1 Putu Gede Juni Antara
indra-sjafri-2 Indra Sjafri
Diskusi
Wed, 27 Nov 2013
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Read more at http://uniqpost.com/profil/evan-dimas/
Read more at http://uniqpost.com/profil/evan-dimas/
Evan Dimas
0
Nama Lengkap : Evan Dimas Darmono
Alias: Evan Dimas
Tanggal Lahir: 13 Maret 1995
Tempat Lahir: Surabaya
Zodiac : Aries
Kebangsaan: Indonesia
Posisi Gelandang
Ayah: Condro Darmono
Ibu: Ana
Biografi
Evan lahir di Surabaya 13 Maret 1995, merupakan anak dari pasangan
Condro Darmono dan Ana. Ayahnya bekerja sebagai tenaga security di salah
satu komplek perumahan elit di kawasan Surabaya Barat. Evan
menyelesaikan proses belajarnya di SMA Shafta Lontar Citra Surabaya. Ia
pertama kali tekun bermain sepakbola sejak kelas 4 Sekolah Dasar (SD).
Ia sempat menimba ilmu di SSB Sasana Bhakti (Sakti) bersama saudara
sepupunya, Feri Ariawan. Bakatnya semakin terasah, ketika bergabung
dengan SSB Mitra Surabaya pada 2007, saat itu Evan masih berusia 12
tahun.
Di lapangan hijau, ia berperan sebagai gelandang. Meski postur tubuhnya
mungil, daya jelajahnya sangat tinggi. Evan juga dikenal sebagai
gelandang yang memiliki tenaga ekstra. Mitra Surabaya, salah satu klub
yang berada dalam naungan kompetisi internal PSSI Surabaya, menjadi tim
pertama yang dibela oleh Evan. Penampilan gemilangnya bersama Mitra,
membuat namanya termasuk dalam skuad Surabaya untuk Pekan Olahraga
Provinsi (Porprov) III Jatim 2011. Selain itu, ia juga tercatat sebagai
pemain tim Divisi II, Surabaya Muda. Evan menyandang ban kapten Tim
Nasional (Timnas) U-17 Indonesia, sekaligus sukses mengantar Garuda Muda
menjuarai HKFA International Youth Invitation Tournamen di Hongkong,
awal 2012.
Pada 2012 Evan terpilih sebagai wakil Indonesia dalam ajang pencarian
bakat bertajuk ‘The Chance’, yang disponsori oleh salah satu apparel
terkenal. Ia kemudian terbang ke Barcelona, menyisihkan ratusan ribu
pemain muda lainnya di Indonesia. Di Barcelona, Evan mendapat pelatihan
dan arahan langsung dari eks pelatih Barcelona, Pep Guardiola.
Tahun 2013 Evan Dimas dipercaya sebagai kapten Timnas Indonesia U-19 di
Piala AFF U-19 dan mengantarkan garuda muda menjadi juara. Tak lama
setelah berhasil menjuarai piala AFF U-19, Evan Dimas dan garuda muda
lainnya kembali berlaga di piala AFC U-19. Laga perdana mereka melawan
Laos pada 8 Oktober 2013 berakhir manis, Timnas U-19 menang telak atas
laos 4-0, Evan Dimas menyumbang satu goal dalam laga itu.
Dalam laga kualifikasi piala Asia U-19 berikutnya melawan Korea Selatan,
Evan dimas membuat Hattrick, mencetak 3 goal, Timnas U-19 mengalahkan
juara bertahan Piala Asia 11 kali, Korea Selatan dengan skor 3-2,
membuat Timnas U-19 menjadi Juara Group G Kualifikasi AFC U-19 dan
mengantarkan Timnas U-19 ke Piala Asia U-19 2014 Oktober mendatang di
Myanmar.
Read more at http://uniqpost.com/profil/evan-dimas/
Read more at http://uniqpost.com/profil/evan-dimas/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar